1. Geografis
Peta
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur |
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan katulistiwa pada posisi 8° – 12° Lintang Selatan dan 118° – 125° Bujur Timur.
Batas-batas wilayah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
- Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia
- Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste
- Sebelah Barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan NTT berada diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta diantara Samudera Indonesia dan Laut Flores. Provinsi NTT terdiri dari 20 kabupaten dan 1 Kota yang terletak ditujuh pulau besar, yaitu :
- Pulau Sumba : Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, dan Sumba Tengah
- Pulau Timor : Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Kota Kupang
- Pulau Flores : Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur
- Pulau Alor : Alor
- Pulau Lembata : Lembata
- Pulau Rote : Rote Ndao
- Pulau Sabu : Sabu
NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau, 432 pulau diantaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama. 42 pulau dihuni dan 1.150 pulau tidak dihuni, Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA) dan pulau-pulau kecil antara lain: Adonara, Babi, Lomblen, Pamana Besar, Panga Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang, Kisu, Lapang, Pura, Rusa, Trweng (Kabupaten Alor), Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana, Raijna, Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote Ndao), Pulau Loren, Komodo, Rinca, Sebabi, Sebayur Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten Manggarai), Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura (Kabupaten Sumba Timur, dll.
Luas wilayah daratan 48.718,10 km2 atau 2,49% luas Indonesia dan luas wilayah perairan ± 200.000 km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Secara rinci luas wilayah menurut Kabupaten/ Kota adalah sebagai berikut:
Luas
Daerah
Nusa Tenggara Timur Menurut Pulau
Luas Daerah
Nusa Tenggara Timur Menurut Kabupaten
Hampir semua
pulau di wilayah NTT terdiri dari pegunungan dan perbukitan kapur. Dari
sejumlah gunung yang ada terdapat gunung berapi yang masih aktif. Di pulau
Flores, Sumba dan Timor terdapat kawasan padang rumput (savana) dan stepa yang
luas. Pada beberapa kawasan padang rumput tersebut dipotong oleh aliran
sungai-sungai. Berikut nama beberapa sungai besar yang ada di NTT.
Nama dan
Panjang Sungai
di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nama-Nama
Gunung
di Provinsi Nusa Tenggara Timur
1.
Flora
Selain
jenis tumbuhan (flora) yang telah dibudidayakan oleh penduduk, seperti tanaman
padi, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, sayur-mayur, buah-buahan, kelapa,
cengkeh , vanili, jambu mente, kapas, kapuk, kemiri, asam, dll juga terdapat
jenis tumbuhan di kawasan hutan seperti kayu akasia, kayu putih, kayu cendana,
kayu lontar, kayu gaharu, dll. Dari sekian banyak jenis tumbuhan kayu ini yang
paling terkenal adalah kayu cendana yang memiliki kualitas yang lebih baik
dibanding kayu cendana yang ada di wilayah lainnya di Indonesia.
CENDANA
Cendana
adalah nama jenis kayu pohon dari genus Santalum. Kayu ini digunakan sebagai
rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, dan parfum. Kayu yang baik bisa
menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan
untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu
ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor.
Kayu
cendana India (Santalum Album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal.
Kayu yang berasal dari daerah Mysoram di India selatan biasanya dianggap
berkualitas terbaik. Sebagai gantinya sejumlah aromaterapis dan pakar parfum
menggunakan kayu cendana Australia (Sandalum spicatum). Kedua jenis kayu ini
mempunyai kandungan konsentrasi bahan kimia yang beda, dan oleh karena itu kadar
harumnya pun berbeda.
Kayu
cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada
Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni,
digunakan terutama untuk penyembuhan Ayurvedik, dan untuk menghilangkan rasa
cemas.
Berabad-abad
lamanya, pulau Timor adalah pengekspor kayu cendana dan gaharu terbesar di
Indonesia. Tetapi saat ini kedua jenis tanaman tersebut telah sulit ditemukan
di pulau ini. Menyadari akan hal ini, pemerintah daerah kabupaten Alor telah
mempromosikan penanaman cendana dan gaharu di daerah pengunungan Alor. Kedua
jenis tanaman ini bisa juga ditemukan di hutan-hutan.
Cendana
dan gaharu dari Alor belum pernah diekspor dalam skala besar seperti di Timor.
Kayu cendana, harus berusia 50 tahun untuk dapat dijadikan komoditas ekspor.
Sedangkan gaharu harus dipelihara bersama suatu jenis bakteri yang nantinya
bereaksi dengan batang pohon sehingga menghasilkan bau harum.
Ketika
telah cukup tua, pohon cendana menghasilkan bau harum alami. Akarnya juga
diolah sebab bau harumnya lebih dari bau harum batang pohonnya. Telah
diantisipasi, untuk ekspor di masa-masa mendatang, cendana dan gaharu akan
sangat berpotensi sebagai komoditas unggulan. Kayu cendana dan gaharu dipakai
sebagai bahan dasar parfum, kemeyan, dan sabun.
POHON LONTAR
Pohon Siwalan (Lontar),
Flora Identitas Sulawesi Selatan
Pohon
Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis
palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon
Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi Sulawesi
Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya
yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi
menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah).
Pohon
Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan
kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang
sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk
tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai
150 cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm.
Buah
Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir.
Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna hitam kecoklatan.
Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan
tertutupi tempurung yang tebal dan keras.
Pohon
Lontar Borassus flabelliferPohon Siwalan atau Pohon Lontar dibeberapa daerah
disebut juga sebagai ental atau siwalan (Sunda, Jawa, dan Bali), lonta
(Minangkabau), taal (Madura), dun tal (Saksak), jun tal (Sumbawa), tala
(Sulawesi Selatan), lontara (Toraja), lontoir (Ambon), manggitu (Sumba) dan tua
(Timor). Dalam bahasa inggris disebut sebagai Lontar Palm
Pohon
Siwalan atau Lontar (Borassus flabellifer) tumbuh di daerah kering. Pohon ini
dapat dijumpai di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Indonesia, Pohon Siwalan
tumbuh di Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi.
Pohon
Siwalan atau Lontar mulai berbuah setelah berusia sekitar 20 tahun dan mampu
hidup hingga 100 tahun lebih.
Pemanfaatan Pohon Siwalan Daun Lontar (Borassus flabellifer) digunakan sebagai
media penulisan naskah lontar dan bahan kerajinan seperti kipas, tikar, topi,
aneka keranjang, tenunan untuk pakaian dan sasando, alat musik tradisional di
Timor.
Tangkai
dan pelepah pohon Siwalan (Lontar atau Tal) dapat menhasilkan sejenis serat
yang baik. Pada masa silam, serat dari pelepah Lontar cukup banyak digunakan di
Sulawesi Selatan untuk menganyam tali atau membuat songkok, semacam tutup
kepala setempat. Kayu dari batang lontar bagian luar bermutu baik, berat, keras
dan berwarna kehitaman. Kayu ini kerap digunakan orang sebagai bahan bangunan
atau untuk membuat perkakas dan barang kerajinan.
Dari
karangan bunganya (terutama tongkol bunga betina) dapat disadap untuk
menghasilkan nira lontar (legen). Nira ini dapat diminum langsung sebagai legen
(nira) juga dapat dimasak menjadi gula atau difermentasi menjadi tuak, semacam
minuman beralkohol.
BUAH SIWALAN
Buahnya,
terutama yang muda, banyak dikonsumsi. Biji Lontar yang lunak ini kerap
diperdagangkan di tepi jalan sebagai “buah siwalan” (nungu, bahasa Tamil). Biji
siwalan ini dipotong kotak-kotak kecil untuk bahan campuran minuman es dawet
siwalan yang biasa didapati dijual didaerah pesisir Jawa Timur, Paciran, Tuban.
Daging
buah yang tua, yang kekuningan dan berserat, dapat dimakan segar ataupun
dimasak terlebih dahulu. Cairan kekuningan darinya diambil pula untuk dijadikan
campuran penganan atau kue-kue; atau untuk dibuat menjadi selai. Klasifikasi
ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo:
Arecales; Famili: Arecaceae (sinonim: Palmae); Genus: Borassus. Spesies: Borassus
flabellifer
1.
Fauna
Jenis
fauna yang ada di wilayah ini dan sudah diternakkan, antara lain kuda, sapi,
kerbau, kambing, berbagai jenis unggas, disamping itu terdapat binatang liar
yang hidup di kawasan hutan seperti rusa, babi hutan, kerbau liar, kuda liar.
Satu jenis binatang purba yang hanya ada di wilayah ini dan tidak terdapat di
daerah lain di dunia adalah Komodo.
Kuda Sumba
|
||
Timor Python
(Python timorensis)
|
ayam hutan
(gallus-gallus)
|
|
Pink-headed Imperial-Pigeon –
Bipolo, Timor
|
||
Black-faced Munia Kisol, Flores
|
Orange-footed Scrubfowl
P. Komodo |
Cinnamon-banded Kingfisher – Timor
|
Rusa Timor
(Cervus timorensis) |
Sumba Boobook
near Lewa, Sumba |
kakatua Sumba
(Cacatua sulphurea citrinocristata) |
Yellow-crested Cockatoo’s
P. Komodo |
Pergam timor
(ducula cineracea) |
|
Olive-headed Lorikeet Gunung Mutis
Timor
|
Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
Kura-kura berleher ular
|
A. Flores
1.
Lamalera (Perburuan Ikan Paus).
Menceritakan
tentang aksi sekelompok nelayan dalam penangkapan
ikan paus sperma dengan metode tradisional atau teknik zaman batu. Inilah garis
penghidupan mereka belum berubah sejak beratus-ratus tahun silam dan belum
tersentuh teknologi.
Gambar
yang mengagumkan. Sekelompok nelayan dengan trampil, hanya mengandalkan
ketangkasan dan keberanian yang luar biasa, mereka menangkap untuk menangkap
ikan paus sperma sepanjang 75 kaki, yang akan mereka manfaatkan bagi penyediaan
berbagai bahan kebutuhan dan makanan yang cukup untuk kampung mereka. Dua perahu
nelayan bekerja sama, sedang pimpinan mereka menggantung di udara ketika
tombaknya menghunjam tubuh ikan paus ini. Perburuan ini terjadi di perairan
Indonesia, mereka berjuang lebih dari enam jam, dengan menggunakan tombak dan
pisau tradisional untuk menundukkan ikan paus ini.- Ikan paus ini mereka namai
‘Koteklema’. Akhirnya, nelayan dari Lamalera (suatu kampung yang terletak
disebelah selatan pulau Lembata di Indonesia), dapat membunuh paus sperma ini
dengan cara sangat tradisional.
Ini
semua sangat jauh berbeda dengan penangkapan ikan paus oleh kapal nelayan
Jepang, yang menggunakan granat harpoon untuk membantai ikan ini untuk
kepentingan industri perikanan mereka. Nelayan ini berlayar dari Lamalera
dengan layar perahu yang ditenun dari daun gebang dan masing-masing kapal
adalah buatan tangan, dengan tidak menggunakan paku atau metal. Tali temali
dibuat dari pintalan serat daun telapak tangan dan serat kayu waru. Mereka
miskin, mereka bermukim dipulau yang berbatu-batu dan tidak datar, sangat sedikit
lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian. penghasilan utama hanya
bergantung pada kegiatan penangkapan ikan yang berlimpah seperti ikan marlin,
ikan tuna, stingray, penyu, ikan gurita dan udang laut. Selama musim melaut
“Lefa Nue” dari bulan Mei sampai Oktober, orang desa ini berburu ikan paus,
ikan hiu dan dolfin. Bagaimanapun, ada rasa kawatir akan masa depan dari
masyarakat disini, jumlah ikan paus ini sudah semakin menurun, perburuan
sekarang lebih sedikit dibanding masa lima tahun yang lalu. Tahun ini mereka
hanya dapat menangkap tiga ikan paus.
“Jika
tidak ada damai di antara kita, tidak akan ada penangkapan ikan paus baik,”
kata Anna Bataona orang desa disana. Mereka percaya bahwa harus ada harmony
penghidupan didarat dengan dilaut, kedamaian didaratan akan memberikan hasil
perburuan yang baik.
2.
Danau Kelimutu (Danau 3 Warna)
Selayang
Pandang
Danau
Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian
Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari
permukaan laut. Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain
Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi
Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus
timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus
sp.)
Keistimewaan
Danau
Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai
warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan
berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan
lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna
coklat kehitaman menjadi biru langit.
Lokasi
Secara
adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko,
Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan
Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Akses
Dari
ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju
kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di
Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus,
menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.
Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan
sepanjang 2,5 km.
Tiket
Masuk
Hingga
bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan
biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan
Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.
Akomodasi
dan Fasilitas Lainnya
Karena
menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah setempat, maka
akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan. Terdapat pondok jaga, shelter
berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir yang mampu menampung
sekitar 20 mobil, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak
menginap.
1.
Pemandian Air Panas Mengeruda
Pemandian
air panas Mengeruda di Soa yang terletak kurang lebih 50 km dari Riung ke arah
Selatan pada ketinggian kurang lebih 1000 meter di atas permukaan laut.
Pemandian air panas Mengeruda adalah salah satu pemandian air panas yang timbul
secara alami dari tanah yang rata dengan suhu rata-rata 30-0 derajat Celcius.
Wisatawan asing yang masuk dipungut bayaran Rp 2.500 per orang. Wisatawan
domestik Rp 1.000 per orang.
Para
wisatawan yang datang ke situ umumnnya berendam sepanjang hari di air yang
sedikit mengandung belerang itu. Sore harinya mereka melanjutkan perjalanan.
Umumnya ke Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada yang berudara sangat dingin karena
terletak pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada awalnya,
pemandian air panas Mengeruda adalah pemandiang alam bagi para petani di
sekitarnya yang telah lelah bekerja seharian di ladang.
Sebelum
pulang ke rumah mereka merendamkan diri di situ sehingga segar kembali. Dengan
biaya milyaran rupiah saat ini Mengeruda dipagar tembok. Sumber air yang tumbuh
juga dikitari tembok yang tinggi, tetapi alur sungai yang mengalir tetap
dibiarkan secara alami. Di situlah para petani dan wisatawan berendam. Dengan
biaya yang tak sedikit juga dibangun kolam renang yang airnya dialirkan dari
sumber air panas. Tetapi belum terpakai, kolam renangnya sudah karatan oleh
belerang dan mineral sehingga tampak seperti kubangan kerbau. Mungkin tadinya
Pemda Ngada berniat membuat spa namun apa daya tak bisa direalisasikan.
Sejak
bulan Januari sampai bulan September, wisatawan yang berkunjung ke Mengeruda
hanya 200 orang. Bandingkan dengan Riung yang dikunjungi 2600 orang wisatawan.
Kolam renang yang dibangun mubazir karena para wisatawan asing dan domestik
beserta petani memilih mandi atau berendam diri di sungai air panas yang
mengalir. Saat ini masyarakat di skitar sumber air panas itu resah atau cemas
kalau kelak Pemda tidak memperkenankan lagi para petani masuk ke sumber air
panas yang menjadi milik mereka karena telah dipagar tembok keliling dengan
aristektur Bali. Atau mereka khawatir kalau mereka yang miskin itu juga harus
membayar masuk untuk mandi di sumber air panas mereka sendiri. Karena
pengelolaan air panas itu langsung dikelola oleh Pemda.
2.
Kampung Megalitik Bena
BENA
adalah nama sebuah perkampungan tradisional yang terletak di Desa Tiworiwu,
Kecamatan Aimere, Ngada. Desa ini terletak di bawah kaki Gunung Inerie sekitar
13 km arah selatan Kota Bajawa. Perkampungan adat ini terkenal karena
keberadaan sejumlah bangunan megalitik yang dimiliki dan tata kehidupan
masyarakatnya yang masih mempertahankan keaslian perkampungan tersebut. Kampung
adat Bena terletak tepat di lereng Bukit Inerie yang agak menonjol.
Warga
setempat menyebut tempat ini seperti berada di atas kapal karena bentuknya
memanjang seperti perahu. Konon menurut cerita yang dipercaya secara turun
temurun, pada zaman dahulu sebuah kapal besar pernah terdampar di atas lereng
gunung itu. Kapal itu tidak bisa berlayar lagi dan terus terdampar sampai
akhirnya air surut dan menjauh dari tempat itu.
Bangkai
kapal kemudian membatu dan di atasnya kemudian digunakan masyarakat setempat
sebagai lokasi perkampungan. Perkampungan Bena mempunyai daya tarik sendiri
bagi para wisatawan karena bangunan megalitik berupa susunan batu-batuan kuno.
Tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa yang mendirikan bangunan megalitik
tersebut, namun masyarakat setempat percaya kalau bebatuan tersebut disusun
seorang diri oleh seorang lelaki perkasa bernama Dhake.
Menurut
warga setempat, suatu waktu datanglah sekelompok orang dan membangun sebuah
perkampungan di tempat tersebut yang kemudian diberi nama Bena. Uniknya, di antara
mereka ada seorang lelaki bernama Dhake yang bertekad ingin menciptakan sebuah
kampung yang agung dan indah. Maka timbulah gagasan dalam benaknya untuk
merancang perkampungan itu dengan menyertakan batu-batu besar sebagai
hiasannya.
Terdorong
oleh gagasannya itu, ia kemudian pergi ke Pantai Aimere yang berjarak sekitar
seratus kilometer dari perkampungan Bena. Dari sana ia mengambil batu-batu
besar berbentuk lempengan panjang atau pun meruncing, lalu dipikulnya hingga ke
Bena. Batu- batu itu kemudian disusun sedemikian rupa, ada yang berdiri dan ada
pula yang dibiarkan mendatar. Sususan batu-batu itulah yang saat ini dikenal
dengan megalit.
Para
tamu yang berkunjung akan melihat dengan jelas apa yang dimaksud dengan megalit
itu. Bentuknya sederhana berupa susunan batu-batu yang teratur dan berada tepat
di tengah perkampungan. Pada batu megalit ini terlihat jelas bekas telapak kaki
yang diyakini masyarakat setempat adalah telapak kaki milik Dhake. Menurut
cerita, pada saat membangun kampung Bena ini, batu-batu yang dipikul Dhake dari
Aimere, masih lembek dan tidak sekeras yang sekarang ada sehingga bekas tapak
kaki Dhake nampak jelas di atas batu. Para pengunjung yang datang ke tempat ini
akan menemukan jejeran rumah-rumah penduduk yang masih sangat tradisional dan
terletak saling berhadapan.
Rumah-rumah
adat yang sering disebut peo ini, terbuat dari papan berbentuk panggung,
beratap alang-alang dipadukan dengan dinding bambu pada teras depan yang
berukuran sekitar 10 kali 10 meter. Di bagian tengah kampung terdapat monumen
adat yang dibangun seperti lopo (madhu) dan sebuah rumah kecil yang disebut
bhaga. Kedua bangunan ini oleh masyarakat setempat dianggap sebagai simbol
pemersatu dari suku yang menempati perkampungan itu. Masyarakat setempat
benar-benar bertekad untuk mempertahankan keaslian perkampungan tersebut. Semua
rumah dibangun menyerupai rumah adat dan tidak diizinkan membangun rumah dengan
campuran yang bergaya modern.
Listrik
pun tidak diizinkan sehingga untuk penerangan hanya digunakan lampu pelita. Hal
ini sengaja dikondisikan untuk mempertahankan citra perkampungan adat tersebut
sesuai sejarah pembangunannya. Masyarakat kampung Bena umumnya ramah terhadap
pengunjung, dimana setiap pengunjung yang datang pasti disambut dengan
senyuman, sebagai sapaan. Kita bisa bertanya-tanya tentang budaya yang mereka
miliki dan dengan sangat baik akan dijelaskan kepada kita perihal budaya
setempat.
1.
Riung 17 Pulau
Taman
Wisata Alam Tujuh Belas Pulau Riung merupakan gugusan pulau-pulau besar dan
kecil, dengan jumlah 17 Pulau, yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe
(terbesar), Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima
(Pulau Nani), Pulau Patta, Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa
atau Pulau Tembang), Pulau Tiga (Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor,
Pulau Sui dan Pulau Wire. Keseluruh pulau tersebut tidak dihuni oleh manusia.
Letak
:
Terletak di `daratan Pulau Flores yang secara administrasi pemerintahan
termasuk wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada. Kawasan
ini berada sekitar 70 Km sebelah uatara Kota Bajawa, ibukota Ngada.
BIOTIK
Flora :
Kawasan
Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau merupakan tipe hutan kering dengan vegetasi
campuran antara jenis-jenis Ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus
tiliacus), kemiri (Aleuritis molucana), pandan (Pandanus tectorius), jati
(Tectona grandis), kepuh (Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa),
cendana (Santalum album), kayu manis (Mangivera indica), asam (Tamarindus indica),
sengon laut (Albizia sp), johar (Cassia siamea), nyamplung (Calophyllum
inophykum) dan ampupu (Eucalyptus urophylla). Hampir di seluruh pesisir pantai
gugus pulau kawasan ini ditumbuhi hutan bakau yang masih utuh dengan
jenis-jenis dominan Rhizophora sp, Bruquiera gymnoriza, dan Sonneratia sp.
Fauna :
Aneka
jenis fauna yang hidup di kawasan ini diantaranya adalah komodo (Varanus
komodoensis), rusa timor (Cervus timorensis), landak (Zaglossus sp), kera
(Macaca sp), musang (Paradoxurus haemaproditus), biawak timor (Varanus
timorensis), Kuskus (Phalanger sp), ayam hutan (Gallus sp), buaya (Crododulus
porosus), serta berbagai jenis burung misalnya elang (Elanus sp), bluwok atau
bangau putih (Egretta sacra), sandang glawe atau bangau hitam (Ciconia
episcopus), burung perkici dada kuning (Trichoglosus haemotodus), burung nuri
(Lorius domicella), tekukur (Streptopelia chinensis), burung wontong atau
burung gosong (Megapodius reinwardtii) dan kelelawar (Pteropsus veropirus).
Terumbu Karang :
Disamping
itu, kawasan Tujuh Belas Pulau juga kaya akan ekosistem terumbu karang dan
jenis-jenis biota perairan laut. Terdapat sekitar 27 jenis karang
diantaranya adalah Montipora sp, Acropora sp, Lobophylla sp, Platygyra sp,
Galaxea sp, Pavites sp, Stylopora sp, Pavona sp, Echynophylla sp dan Echynopora
sp. Jenis-jenis biota yang hidup diperairan antara lain adalah mamalia laut
seperti duyung (Dugong dugon), lumba-lumba dan paus (Physister catodon) serta
aneka ikan hias yang hidup di karang-karang.
W
I S A T A
Obyek
wisata
Kawasan
Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau memiliki kekayaan sumber daya alam hayati,
baik yang hidup di daratan maupun di perairan, serta panorama dan fenomena alam
indah, yang mana keseluruhannya sangat potensial bagi kegiatan rekreasi dan
pariwisata alam. Adapun potensi utama wisata alam di kawasan ini adalah sebagai
berikut .
Beberapa
obyek wisata yang berada di dalam dan di luar kawasan TWA Tujuh Belas Pulau
merupakan potensi alam yang cukup menarik untuk berbagai kegiatan wisata, baik
wisata darat maupun perairan. Beberapa kegiatan wisata lama yang bisa dilakukan
di kawasan ini meliputi lintas alam pantai dan panorama alam bawah laut, serta
wisata bahari.
Satwa
Komodo.
Di
beberapa daerah dan pulau di Taman Wisata Alam ini, antara lain di daerah Torong
Padang, hidup komodo yang pada musim atau waktu tertentu bisa dilihat dari atas
kapal, sementara kapal tersebut diberhentikan.
Rekreasi bahari.Dengan menggunakan kapal atau speed boat yang beralaskan fibre
glass, para pengunjung bisa menikmati indahnya kehidupan alam bawah laut yakni
keanekaragaman jenis karang yang warna-warni dengan berbagai jenis ikan hias
yang indah dan sangat mempesona. Dengan airnya yang sangat jernih, maka
kegiatan berenang, snorkling, memotret bawah laut dan menyelam akan menambah
keasyikan.
Keindahan
panorama.
Selain
keindahan bawah laut, kawasan ini juga menyajikan keindahan panorama alam yang
sangat memikat bagi siapa saja, khususnya para pecinta alam. Dengan menggunakan
speed boat atau kapal biasa, selain bisa menyaksikan keindahan bawah laut, kita
juga sekaligus bisa menikmati keindahan panorama yang dibentuk alam secara
artistik. Apabila kita mendarat di salah satu pulau, biasanya di Pulau Rutong,
kita bisa menyaksikan indahnya air laut yang biru muda, jernih dan riakan-riakan
kecil, dengan tebaran pulau-pulau besar kecil di sekelilingnya merupakan suatu
pemandangan yang sangat menakjubkan.
1.
Taman Nasional Komodo
Cerita Penemuan Sang Naga
Sepenggal
kisah, kepopuleran pulau komodo berawal pada tahun 1910 ketika para pasukan
belanda menerima laporan adanya monster naga yang mendiami sebuah pulau yang
kemudian diterbitkan dalam sebuah paper hindia belanda oleh Peter Ouwens,
direktur Museum Zoologi di Bogor, kabar ini tersebar hingga seantero dunia,
kabar ini pula yang mendorong W. Douglas Burden melakukan ekspedisi ke pulau
komodo tahun 1926 dan kemudian menjadi orang pertama yang memberi nama Komodo
Dragon.
Taman ini didirikan tahun 1980 letaknya
di antara Pulau Sumbawa dan Flores dengan luas 1817km2 yang 6 tahun kemudian
ditetapkan sebagai situs warisan alam dunia dan cagar biosfir oleh UNESCO
tempat konservasi untuk melestarikan Komodo, sebetulnya bukan hanya habitat
naga purba yang legendaris ini saja yang dilestarikan karena TNK juga rumah
bagi begitu banyak keanekaragaman hayati didarat maupun laut, jadi disana mata
kita akan dimanjakan oleh pemandangan yang elok dan aktifitas binatang yang
menarik.
TNK terdiri dari 3 pulau besar yang
indah, Pulau Komodo, Rinca dan Padar, selain tempat habitat Komodo taman ini juga
sebagai rumah bagi setidaknya 1000 spesies ikan, ratusan spesies karang, koral
dan 70 jenis tanaman sponge , 19 spesies paus dan lumba-lumba, juga banyak
terdapat plankton yang merupakan makanan utama Pari Manta (Manta Birostris),
binatang eksotis yang bisa dijadikan ikon bahari kawasan TNK.
Tanah warna merah TNK yang terpantul
dari terik matahari flores sangat memikat mata, bentangan hutan kering dan
savana dipadu dengan daerah perbukitan menghadirkan keindahan tiada tara,
paduan biru langit, putihnya sapuan awan tipis, merah tanah dan hijau savana
memberikan keindahan lukisan alam tersendiri tiada bandingannya, pesona
keindahan TNK membuat pulau ini memang layak dikunjungi.
Ada begitu banyak pertunjukan alam di
TNK tapi pertunjukan utama tentu menyaksikan dari dekat satu-satunya habitat
asli dari salah satu hewan purba yang masih berkembang biak sampai saat ini,
anda bisa berdekat-dekat dengan hewan ini sambil mengbayangkan hidup jutaan
tahun lalu, indahnya.
Jangan mengkhawatirkan keganasan Komodo,
karena ketika berkunjung ke TNK anda akan didampingi para Jagawana atau
Ranggers sebutan untuk para pemandu yang gagah menghalau jika komodo terlalu
dekat dengan kita, para jagawana ini bisa dikenali dari tongkat panjang
bercabang seperti ketapel pada ujungnya yang ia bawa, para rangger pula lah
yang akan memilihkan Track yang sesuai dengan kemampuan kita.
Keindahan Laut
Bagi
para penyelam, keindahan keanekaragaman laut di TNK akan menjadikan pulau ini
satu tempat selam terbaik didunia, saya yakin itu, dengan gugusan karang yang
mencapai 17 km dan macam keindahan faunanya akan memanjakan siapa saja yang
melihatnya, ada banyak lokasi selam di TNK tapi yang paling populer ada 3,
Pantai Merah, Gililawa dan Karang Makassar, tidak hanya menyelam anda juga bisa
Snorkelling atau sekedar menikmati keindahan disekitar pesisir.
TNK
juga terkenal sebagai salah satu tempat yang memiliki arus tercepat didunia,
ini karena Pulau Komodo dan Pulau Rinca membentuk lintasan leher botol antara
Samudera Pasifik dan Samudera hindia Selatan, selama pasang surut air akan
mengalami pertukaran dan dipaksa mengalir melewati lintasan botol leher yang
relatif sempit ini, yang mengakibatkan arusnya menjadi sangat cepat, namun bagi
para penyelam ini justru tantangan yang mengasyikan
Sumber
: Portal Bisnis #1 di NTT www.nusacendanabiz.com
A. Timor
1.
Pantai Lasiana
Selayang Pandang
Pantai Lasiana mulai dibuka untuk
umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas Pariwisata NTT memoles dengan membangun
berbagai fasilitas pada tahun 1986, Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis
asing. Sesuai rencana pengembangan Pemkot Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan
Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa
di dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Di pantai Lasiana ini banyak
didapati lopo-lopo yang berderet. Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok
yang dibangun menyerupai payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu
dan beratapkan ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang. Bisa juga
beratapkan seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar
dan alang-alang.
1.
Air Terjun Oenesu
Menyebut Oenesu
bagi orang Kupang berarti menawarkan bersantai di suasana segar. Sebagai salah
satu dari sedikit air terjun yang ada di Kupang, tempat wisata air terjun
Oenesu menjadi pemberhentian sejenak bagi warga Kupang mereguknya segarnya hawa
yang ditawarkan tempat ini.
Perhatikan,
pada hari Sabtu atau Minggu maka rombongan muda-mudi atau keluarga banyak yang
mendatangi tempat ini. Lokasi ini berjarak kurang lebih 17 km dari Kupang dan
jalan menuju tempat ini cukup baik. Aku sendiri tidak mengalami masalah sama
sekali menggunakan sedan ke tempat ini. Memang sempat muncul kekuatiran
terutama adanya satu jembatan kayu yang harus dilewati untuk sampai ke lokasi
ini.
Justru yang
belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pengelola tempat ini adalah kondisi
jalan dan penataan di lokasi wisata ini. Jalan yang masih berupa jalan tanah
berbatu-batu serta tidak adanya tempat parkir kadang membuat tempat ini tampak
semrawut dengan mobil dan motor yang diparkir semaunya.
Begitu sampai
di lokasi maka anda akan disambut dengan genangan air yang merupakan bagian
atas air terjun. Debit air terjun ini cukup stabil, pada musim kering sekalipun
debit air masih lumayan dapat dinikmati. Foto-foto di atas diambil pada bulan
Oktober, masuk bulan-bulan yang kering dan panas yang menyengat.
Debit pada
musim hujan tentu akan lebih besar, mungkin bisa dua kali lipat di banding
musim panas. Pada saat itu jika kita tepat di bawah air terjun suara deru air
terjun seakan menenggelamkan suara kita sendiri. Jangan heran kalau kita sering
mendengar teriakan-teriakan dan suara tertawa yang cukup dari pengunjung yang
menikmati air terjun ini.
Sampai di
lokasi, ada dua jalur yang dapat dipakai untuk turun menikmati air terjun ini.
Sebelah kiri lokasi terdapat jalan menurun yang cukup terjal yang akan membawa
anda ke sebuah jembatan jauh di bawah air terjun utama. Dari jembatan yang
masih baru ini (saat tulisan ini dibuat), anda bisa melihat beberapa tingkat
air terjun.
Jalur lain dapat anda coba melalui jembatan kayu. Jembatan ini sebenarnya cukup
membahayakan terutama untuk anak-anak karena kayu tidak terpasang menutup semua
ruasnya. Jika tidak hati-hati anda dapat terperosok. Jaga anak-anak anda
sewaktu melewati jembatan ini. Setelah itu anda harus menuruni anak tangga yang
lagi-lagi curam, itupun kondisi anak tangganya tidak rata. Ini juga saya
ingatkan kembali pada anda untuk berhati-hati.
Membawa bekal
waktu turun sangat disarankan karena naik turun untuk mengambil makanan ke atas
sangat melelahkan. Namun sesampai di bawah, pemandangan air terjun seakan
membilas rasa penat anda. Jangan takut batuan di tempat ini tidak licin, karena
airnya yang mengandung kapur cukup tinggi (ciri khas air di Kupang) maka batu
jadi terasa kesat. Suasana yang rindang karena banyak pohon-pohon besar tumbuh
di sekitar air terjun. Ini masih ditambah dengan suitan-suitan burung yang
sering terdengar nyaring dari balik pepohonan. Anda bisa langsung memilih
berendam di salah satu anakan air terjun atau memilih menelusuri ke bawah.
Gerak tarian air terjun membentuk alur-alur yang unik, hati-hati karena
beberapa cekungan tingkat air ini ada yang dalam. Andapun bisa sekedar
membentangkan tikar dan bermalas-malasan menikmati sejuknya hawa serta deru
suara air terjun. Keriangan suara pengunjung seakan mengajak anda ikut riang.
1.
Pantai Tablolong ( Surga Para Pemancing )
Tiap tahun, pemerintah NTT rutin
menggelar turnamen memancing internasional di selat yang diapit pulau Rote dan
pulau Timor. Perairan sejauh 10 mil dari garis pantai Tablolong di kecamatan
Kupang Barat, Kabupaten Kupang itu merupakan jalur migrasi ikan cukup ramai
dari laut Timor menuju laut Sawu. Sesuai jadwal, perlombaan berlangsung selama
tiga hari mulai tanggal 4-6 Nopember. Sebanyak 27 pemancing asal Indonesia,
Jepang, Jerman dan Amerika yang tergabung dalam 9 tim, bertolak ke arena
perlombaan dari pantai wisata Tablolong pada pukul 05.00 Wita dan pulang pada
pukul 16.00 Wita. Masing-masing tim dipandu seorang nelayan Tablolong
Peserta yang berhasil memperoleh
ikan dengan berat paling tinggi, berhak menempati posisi pertama hari itu.
Mereka memperebutkan total hadiah uang tunai Rp42.7 juta plus trophy gubernur
NTT. Event ini diharapkan akan menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke NTT
menikmati panorama pantai dan pulau-pulau yang memesona dan belum terjamah
polusi. Karena itu, jauh-jauh hari, pemerintah telah giat menggelar promosi.
Mulai dari menerbitkan kalender event sampai brosur, iklan di media massa.
Upaya pemerintah menyukseskan turnamen ini tampak dari persiapan yang cukup
matang. Panitia menyiapkan regu penolong khusus yang disiagakan di lepas
pantai.
Mereka juga diperlengkapi peralatan
penyelamatan dan radio komunikasi untuk sewaktu-waktu mengirim laporan ke darat
jika mengalami masalah di laut. Salah satu peraturan yang harus dicermati
peserta adalah tidak boleh mengotori laut dengan membuang sampah. Pesisir ujung
selatan pulau Timor memang menyuguhkan panorama pantai yang indah dan panorama
bawah laut yang elok. Keindahan juga dihiasai dengan pepohonan pantai, seperti
pohon Centigi yang tumbuh menyebar di bebatuan karang. Sayang, pohon Centigi
mulai terancam karena ulah tangan-tangan jahil yang mengambil pohon tersebut
untuk dijual ke pulau Jawa.
David Jones, peserta asal Amerika
misalnya sangat mengagumi keindahan bawah laut karang beatrix yang berjarak
sekitar 5 mil dari pantai. David menjuluki karang beatrix sebagai ‘supermarket
ikan’ karena semua jenis ikan dapat ditemukan di lokasi itu. Dua karang lainnya
yang tak kalah menarik adalah karang Dalam dan karang Tabui. Di tiga karang ini
hidup jenis ikan yang sering dilombakan dalam berbagai turnamen memancing
seperti jenis Marlin, Layaran, Tenggiri, Wahui, Kuwe, Barakuda, Lemadang, dan
Tuna. Makanya, tidak heran sejumlah warga kota Kupang pecinta wisata bahari
menggunakan perahu motor untuk memancing di kawasan itu sekitar setengah jam dari
daratan.
Selain memancing pengunjung juga
menikmati beragam spesies ikan secara berkelompok tampak seperti dalam akuarium
raksasa. Meski demikian, para nelayan dan pemancing dilarang menangkap ikan
menggunakan potas yaitu zat kimia yang dapat memabukkan ikan, namun dapat
membunuh ikan kecil dan merusak karang. Terumbu karang di perairan ini juga
dilarang untuk diambil. Untuk maksud itu, di dekat pantai telah dipajang sebuah
papan bertuliskan ‘pusat olahraga memancing Tablolong’.
Papan itu dipajang pada pintu masuk menuju pantai
sehingga dapat dilihat dari arah laut. Karena itu, anda jangan sampai melempar
bekas bungkusan makanan ke laut. Tetapi jika ingin menarik perhatian ikan-ikan
berenang di samping perahu, buanglah makanan pada pagi hari dan anda akan
menyaksikan ribuan ikan warna-warni berebutan makanan.
Saat ini seorang pria Kanada
membangun tiga unit homestay di lahan seluas dua hektare sekitar satu kilometer
dari pemukiman warga. Puluhan warga kota Kupang biasa menginap di homestay
tersebut yang dibangun di pinggir pantai. Harga sewa homestay per malam berbeda
untuk wisatawan asing sebesar Rp100 ribu per malam plus tiga kali makan dan
wisawatan lokal sebesar Rp 50 ribu plus tiga kali makan. Selain tidak tersedia
jaringan listrik, lingkungan homestay masih sepi, terutama pada malam hari
hanya terdengar deburan ombak memecah karang. Di pagi hari jika mendengar
kicauan burung sangat terasa kehidupan desa terpencil di pulau Timor. Tidak
kalah dengan suguhan pemandangan di petang hari. Ketika malam menjelang,
menyaksikan ribuan sinar lampu yang dipancarkan dari di rumah-rumah penduduk di
desa Tablolong dan di pulau Semau merupakan pengalaman yang tak terlupakan.
Lokasi ini dapat ditempuh dari kota
Kupang dengan mobil dan sepeda motor dengan perjalanan selama satu jam. Jalanan
yang berkelok-kelok dengan rumah-rumah penduduk yang masih tradisional juga
merupakan sensasi sendiri. Umumnya penduduk Tablolong merupakan keturunan asal
pulau Rote yang dibawa Belanda di zaman penjajahan.
1.
Kolam Renang Baumata
Baumata adalah sebuah desa yang
terletak 16 Km dari Kota Kupang atau 6 Km Arah Timur dari Bandara El Tari
kupang, tepatnya di Kecamatan Kupang Tengah yang merupakan salah satu tempat
rekreasi/objek wisata yang cukup dikenal dan ramai dikunjungi orang.
Sebagai tempat rekreasi, selain
terdapat Hutan Alam yang merupakan obyek wisata alam (Eco Tourist), Baumata
terkenal juga dengan sumber mata air alamiah yang bersih dan segar. Saat ini
Perusahaan air Aquamor yang telah mengekspor air mineralnya keberbagai daerah di
NTT mengambil air dari sumber air Baumata. Demikian Juga dengan PDAM Kupang
yang merupakan sumber air utama bagi Kota Kupang mendapatkan suplay air dari
Sumber Air Baumata.
Daya tarik yang menonjol yang
dimiliki obyek wisata alam Baumata adalah Kolam Renangnya baik bagi orang
dewasa dan anak-anak peninggalan sejarahnya/situs yaitu gua alam yang cukup
menarik dengan stalaktit dan stalakmit, berjarak ± 250 meter dari kolam renang.
Masyarakat menyebutnya “Gua Jepang” yang merupakan bekas peninggalan Tentara
Jepang sebagai tempat persembunyian selama perang dunia ke II
Selain menikmati pemandangan alamnya
dengan udara yang sejuk, didekat kolam renang itu juga terdapat kolam alam yang
dihiasi dengan bunga teratai sebagai tempat perlindungan beberapa habitat air
tawar seperti jenis-jenis ikan dan udang. Juga saat ini oleh pihak pengelola,
kolam tersebut telah dibudidayakan beberapa jenis ikan yang potensial untuk
dikonsumsi antara lain : Ikan Bandeng, Tawes dan Ikan Mas.
Daya Tarik Wisata
Baumata merupakan salah satu tempat
rekreasi dan wisata alam yang cukup menarik minat banyak orang. Kegiatan yang
dapat dilakukan selain menikmati pemandangan alam dengan udaranya yang sejuk,
berkemah, kegiatan fotografi, kebudayaan tradisional masyarakat yaitu “Tarian
Hering” yang biasa ditarikan untuk menyambut para pembesar atau Tamu Agung.
Bagaimana Menuju ke Lokasi
Tempat rekreasi Baumata hanya dapat
ditempuh melalui jalan darat ± 30 menit dengan menggunakan kendaraan umum
(Bemo) dari Kupang jurusan Penfui – Baumata - nomor 15 dan nomor 16, maupun
dengan Jeep, Taxi, Sepeda Motor ataupun dengan bersepeda.
Sarana Penunjang
Lokasi wisata ini hanya dibuka pada
Hari Jumat, Sabtu dan Minggu atau pada hari libur lainnya. Terutama pada pada
hari libur obyak wisata akan dikunjungi oleh banyak pengunjung yang berdatangan
dari kota Kupang maupun daerah sekitarnya.
Telah tersedia tempat parkir, kamar ganti, Toilet, Warung makan.
Harga Karcis masuk ke lokasi
- Dewasa seharga Rp.5.000/ orang
- Anak-anak seharga Rp 3.500 / orang
- Sewa Ban / pelampung, Ban Kecil Rp.5000, Ban Besar Rp.10.000
1.
Taman Wisata Alam Pulau Menipo
Letak :
Luas : sekitar 2.449,50 hektar di
selatan Pulau Timor yang secara administrasi pemerintahan termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Amrasii, Kabupaten Kupang berada sekitar 118 Km sebelah timur
Kota Kupang, dengan luas sekitar 2.449,50 hektar
B I O T I
K
Tipe Vegetasi :
hutan kering dan savana
Flora
Didominasi oleh jenis-jenis lontar (Borrasus flabelefer), asam (Tamarindus
indica), kesambi (Schleichera oleosa), dan waru (Hibiscus tiliacius); tipe
vegetasi hutan pantai ditumbuhi cemara laut (Casuarina equisetifolia); serta
tipe vegetasi hutan bakau didominsi oleh jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera
conyugata dan Bruguiera exaristata.
Fauna
Rusa Timor (Cervus timorensis), Kera
(Macaca fascicularis), Babi Hutan (Sus vitatus), Biawak (Varanus salvator),
Ular Sanca Timor (Phyton timorensis), Burung Pelikan (Pelicanus sp), Burung
Camar (Sterna sp), Burung Perkici (Tricholosus haematodus), Burung Kakatua
Putih Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), Elang Laut (Haliaretus
leucogaster), Raja Udang (Halcyon sp), Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), Raja
Udang (Halycon sp), Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), Burung Gelatik (Padda
fuscata), Bangau Putih (Egretta sacra), Burung Perkutut (Geopelia striata),
Bangau Hitam (Ciconia episcopus), dan Burung Koakiu (Philemon inornatus).
Disamping itu, terdapat pula aneka jenis fauna perairan dan laut seperti Buaya
Muara (Crocodilus porosus), Penyu belimbing (Dermocheyis coriacea), Penyu
tempayan (Caretta caretta), dan Penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
W I S A T A
Pantai Pasir Putih
Panorama alam, dari kawasan ini kita
dapat menikmati indahnya panorama alam berupa hamparan laut lepas di pantai
selatan, dan pada malam hari dalam keadaan cuaca yang cerah dan laut tenang
akan terlihat kelap-kelip cahaya lampu ditepi pantai utara benua Australia.
Selain untuk menikmati alam, para pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata ini
untuk kegiatan memotret dan selancar angin.
Keindahan pantai ini didukung oleh terbentuknya pantai yang dangkal sebagai
konsekuensi adanya hubungan dekat dengan daratan Pulau Timor yang diperbaharui
oleh pendangkalan laut. Konon proses ini telah terbentuk ratusan tahun lalu
sebagai akibat dari perembesan ombak laut yang besar.
Relief Bukit Pasir
Dibagian sisi Barat Pulau Menipo
terdapat bukit pasir setinggi 15 m, yang terbentuk akibat terpaan angin, bukit
pasir memiliki daya tarik tersendiri dengan relief seperti ukiran, membawa
pengunjung seperti di padang pasir sebenarnya.
Padang savanna
Secara ekologis padang savana
merupakan turunan dari ekosistem dataran rendah, dimana vegetasinya berubah
karena sering terjadi kebakaran dan penebangan pohon-pohonan. Di padang ini
kita bisa menyaksikan rusa timor yang sedang mencari makan dan bermain.
Pengunjung bisa memanfaatkan obyek wisata ini untuk olah raga lintas alam,
berkemah dan memotret.
Tempat Pendaratan Penyu
Pada musim bertelur penyu antara
bulan Agustus sampai dengan Nopember dapat dinikmati atraksi penyu yang menuju
daratan untuk bertelur, biasanya dilakukan pada saat pasang tertinggi yaitu
pada bulan purnama. Pengunjung dapat mengamati dari dekat penyu yang bertelur
dan anak penyu (tukik) yang menetas karena waktunya hampir bersamaan.
Wisata lain
Disekitar Taman Wisata Alam Menipo
terdapat beberapa obyek wisata alam lainnya yang bisa dinikmati yaitu Taman
Wisata Alam Camplong, obyek wisata alam Tesbatan yang terkenal dengan air
terjun bertingkat tujuhnya, serta pantai Pakubaum yang memiliki keindahan alam
pantainya.
Sarana Prasarana :
Sampai saat ini belum tersedia
sarana prasarana wisata khusus mengingat kawasan wisata ini masih dalam tahap
awal pengembangan. Bagi para pengunjung tersedia tempat menginap sederhana yang
cukup murah, tempat makan, serta toko minuman dan makanan ringan disekitar
kawasan.
2.
Taman Wisata Hutan Camplong
Selayang Pandang
Hutan Camplong merupakan hutan
wisata dengan pemandian alamnya yang indah dan sejuk, karena terletak di kaki
Gunung Fatuleu. Hutan wisata ini banyak didiami jenis satwa yang dilindungi. Di
Hutan Camplong juga banyak terdapat sumber daya alam, seperti sumber mata air,
kolam renang alami, aneka jenis flora seperti kayu merah, pinus, lontar,
eucalyptus, dan beragam jenis fauna seperti kera, ayam hutan, tupai, kuskus,
dan burung (nuri, kakaktua, merpati, puyuh, bangau, elang, tekukur, beo).
Di setiap akhir pekan, yakni Jumat hingga hari Minggu,
hutan wisata ini banyak dikunjungi oleh warga kota Kupang. Mayoritas pengunjung
adalah keluarga yang mengajak anak-anak mereka yang berusia dikisaran 7-12
tahun.
Keistimewaan
Kawasan hutan Camplong memiliki
penangkaran buaya, rusa timor dan ular sanca. Di kawasan ini juga dapat ditemui
berbagai hewan endemik, seperti rusa timor, burung kakak tua berbahu hijau
kekuningan (Olive-shouldered Parrot) dan merpati berpunggung hitam
(Black-backed Fruit-Doves). Sedangkan flora endemik yang dapat ditemukan adalah
kayu cendana (Santalun Album). Selain itu terdapat pula berbagai goa buatan,
peninggalan Jepang semasa perang dunia kedua. Gua ini mengandung nilai sejarah
karena menjadi tempat persembunyian pasukan Jepang ketika diserbu oleh warga
yang tinggal di sekitar Hutan Camplong.
Lokasi
Hutan wisata ini terletak di pinggiran jalan menuju Kota Soe, Kecamatan
Fatuleu, Kabupaten Kupang, atau 46 kilometer dari kota Kupang, Ibukota Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Akses Menuju Lokasi
Dari kota Kupang menuju Hutan Camplong dapat ditempuh
dengan naik angkutan umum berupa minibus jurusan Soe dengan biaya Rp. 7000.
Sedangkan jika menggunakan jasa taksi dikenakan biaya sebesar Rp. 100 ribu.
Harga Tiket Masuk Lokasi
Tiket masuk kawasan hutan wisata sebesar Rp. 3000.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Hutan wisata Camplong mempunyai fasilitas air bersih
dalam bentuk kran dan kolam yang ditempatkan di samping jalan setapak. Juga
tersedia beberapa sarana seperti losmen yang terdapat di samping jalan besar
yang menghubungkan antara kota Kupang dan Kota Soe.
1.
Pantai Kolbano
Bagi kebanyakan wisatawan
mengunjungi pesisir pantai yang dipenuhi hamparan pasir putih atau pasir hitam
merupakan hal biasa yang dapat kita lihat, namun bagaimana dengan pesisir
pantai yang dipenuhi hamparan batu berwarna-warni yang sangat indah dan unik,
bisa jadi menjadi pemandangan baru bagi Anda. Ini bisa Anda lihat dan rasakan
hanya di sepanjang pesisir Pantai Kolbano.
Pantai Kolbano terletak di Desa
Kolbano, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas wilayah Desa Kolbano 17 Km2. Pantai Kolbano terkenal
dengan batu warnanya dan sudah dimanfaatkan penduduk setempat sejak tahun 1971.
Batu warna di pesisir Pantai Kolbano ini, memiliki bermacam ragam bentuk dan
warna. Ada yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam, bahkan batu yang bercorak
pun ada. Juga ada batu yang memiliki tiga warna (merah, hitam dan krem).
Keindahan
Pantai Kolbano ini dapat dinikmati oleh wisatawan baik yang berasal dari daerah
sekitar Nusa Tenggara Timur dan berbagai daerah lainnya. Bila Anda tinggal di
Jakarta, maka Anda dapat menggunakan pesawat Mandala Airlines, Sriwijaya
Airlines, Batavia Airlines atau Merpati Airlines dengan tujuan Kupang yang ditempuh
selama ± 6 jam.
Setibanya di kota Kupang, Nusa
Tenggara Timur, ada 2 (dua) pilihan yang dapat Anda lakukan : Anda dapat
menginap 1 (satu) malam di Kupang atau Anda dapat langsung melanjutkan
perjalanan menuju Pantai Kolbano (tergantung waktu yang ada). Jika Anda ingin
tetap melanjutkan perjalanan ke Pantai Kolbano, maka Anda dapat menggunakan
jasa travel atau bus kota jurusan Kolbano dengan membayar ongkos seharga
Rp.60.000,-. Namun disarankan agar Anda berangkat pada Pk. 06.00 WITA, karena
bus yang berangkat dari terminal bus Kupang hanya satu kali perjalanan dan
perjalanan dari Kupang ke pantai Kolbano ditempuh selama ± 6 jam.
Jika Anda sudah tiba di Pantai kolbano, Anda dapat
mencari rumah penginapan di rumah penduduk dengan sistem sewa, atau Anda dapat
menginap di Mess Pemda TTS
Sumber : Portal Bisnis #1 di NTT
www.nusacendanabiz.com
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق